Senin, 21 November 2011

OUR STORY part B (Cerpen)


a yang nungguin ???


senang banget sama respon part sebelumnya

oke sekarang kita lanjut 


Siang itu cukup panas. Ify masih betah duduk di halte sekolah menunggu jemputan yang tak kunjung datang. Ia kembali menyesal mengapa tadi tak menerima ajakan Agni. Hari semakin sore. Saat sedang menunggu tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti di depan Ify. Sosok yang Ify rindukan namun ingin ia lupakan keluar dari dalam mobil itu.

“ikut gue... gue disuruh nyokap lo buat jemput lo.” Ujar laki-laki itu dingin.

“biar gue disini aja... makasih sebelumnya..” ujar Ify sambil terus menunduk.
“LO DENGER GAK SIH MASUK SEKARANG !! LO TANGGUNG JAWAB GUE!!!” ujar laki-laki itu dengan nada otoriter.
Nyali Ify ciut. Ia terdiam kemudian masuk kedalam mobil. Hanya ada kebisuan didalam mobil itu. Tak ada yang memulai pembicaraan. Sampai akhirnya mobil itu berhenti disebuah taman. Taman yang mempunyai begitu banyak kenangan untuk ia dan laki-laki disebelahnya.

“Turun sekarang... gue mau lo jelasin semuanya sama gue sekarang !!!” perintah laki-laki itu.
Ify turun kemudian duduk di bangku taman itu. Di ikuti Rio.

“Jelasin semuanya sama gue Fy...”  dan sorry tadi gue bentak lo.” Ujar Rio 

*********

Siang itu Shilla dan Sivia memutuskan untuk menghabiskan waktu mereka di sebuah mall.

“eh... Shill liat tuh siapa disana.” Ujar Sivia sambil menarik-narik tangan Shilla.

“waw itukan Alvin sama Gabriel. Mereka juga ada disini. Pasti jodoh namanya kalo udah gini... samperin yuk Vi...” ujar Shilla antusias.

“liat kondisi dong Shill, tu banyak amat cewek-cewek di sekeliling mereka.” Ujar Sivia.

“Oke-oke gue ngerti... ya udah mendingan kita liat dari jauh aja deh.” Ujar Shilla.

“ ya udah mendingan kita ke toko buku aja yuk Shill.” Ujar Sivia.

Di  toko buku

“lo mau beli buku apaan, Vi???

“Gue cari novel. Koleksi gue gak ada yang baru.”

“Lo suka tulisan siapa, vi... penulis dalam negeri atau luar negeri kayak Barbara?”

“Gue pilih karya dalam negri sendiri. Enggak jauh-jauh yang penting temanya remaja-remaja kayak kita. Lo kan udah denger sendiri apa kata bu Nana dalam pidatonya kemarin kita dianjurin mencintai produk sendiri. Nasionalisme gitu....”

“Oke...oke kalo gitu setelah lo baca tu buku gue pinjam ya C: . kalo boleh dan lo rela biar gue aja yang duluan baca. Lo kan orangnya super sibuk, ngerumpi sama bibi-bibi, main kejar-kejaran gitu.” Ujar Shilla.

“Ih pinjem, beli ya. Gak mau beli... harus sewa...!!!!”

“Yah lo Vi, sama temen sendiri aja pelit...” ujar Shilla ngambek.

“haha gue becanda kali Shilla.. udah ayo bantuin gue nyari.”

“ok!!!”

Sivia dan Shilla kemudian berjalan mengitari rak-rak buku untuk mencari novel. Setelah mendapatkan novel mereka kemudian berjalan menuju kasir dan keluar dari toko buku itu. Saat keluar dari toko buku mata Shilla dan Sivia mengarah pada kedua laki-laki yang sekarang sedang berada didepan mereka. Melihat kedua makhluk didepan mereka sekarang ini membuat hati Sivia dan Shilla bergonjang-ganjing tak menentu. Besar harapan Shilla dan Sivia untuk disapa kedua cowok dihadapan mereka sekarang ini.

“Hai Vi... kita ketemu ya disini... lo bedua aja mana Ify sama Agni??’ tanya Gabriel.

“Mereka lagi ada urusan lain, gak bisa temenin gue sama Shilla.” Ujar Sivia sambil terus tersenyum kearah Gabriel.

‘‘Oh ya udah, mendingan kita barengan aja yuk, gue sama Iel juga males jalan bedua doang, tar dikirain maho lagi...” ujar Alvin.

“aha... gue setuju...” ujar Shilla dengan semangat 45 :D.

*******
Rio merenungi apa yang Ify katakan tadi. Memang semua yang dikatakan Ify benar. Ia memang berubah setelah semua ketenaran ia dapatkan. Ia sudah bukan Rio yang dulu, walau Rio yang sekarang juga amat mencintai seorang Ify.

“cinta iru memang buta Yo, gak bakalan mengenal siapa aja yang dicintai. Perasaan itu selembut salju...” ujar Ify lirih sementara Rio hanya bisa diam.

Ify kembali terdiam. Bayangan masa lalunya bersama Rio kembali berputar. Melelahkan sekali langkahnya itu. Mencintai seseorang yang mungkin sekarang sudah hampir melupakannya.

“Sekarang gue gak bisa ngelarang lo buat deket sama siapa aja Yo. Lo boleh cintai siapa aja. Itu semua murni hak lo.”

“Tapi Fy..., gue Cuma sayangnya sama lo...” ujar Rio seperti orang frustasi.

“Kita jalanin aja masing-masing Yo... gue yakin kalo jodoh gak kemana Yo’ pulang yuk udah sore..” ujar Ify kemudian beranjak ke mobil Rio.

Rio dan Ify hanya terdiam... diam dalam kesunyian.... menyesal mungkin kata itu ada namun begitu sulit untuk di ungkapkan. 

******
Gadis itu sedang menyiram bunga di halaman rumahnya. Sambil mendendangkan lagu kesukaannya.
gak gak gak kuat
gak gak gak kuat
aku gak kuat sama
playboy playboy

gak gak gak level
gak gak gak level
aku gak level sama
cowok gampangan 
saat sedang menyanyikan lagu kebanggaannya . dari arah luar halaman rumahnya .

“eh lo kadal ... ngapain lo di depan rumah gue?? Mau maling lo???” tanya Agni  pada lelaki yang kini berada didepan gerbang rumahnya.

“haha pd amat lo bilang gue ngikutin lo....  gue kesini itu pengen nemuin tante Ira... lo pembantu disini??” tanya laki-laki itu.

“eh enak banget lo bilang gue pembantu disini.... lo mau ketemu nyokap ngapain lo???” tanya Agni curiga.

“gue Cuma mau nganterin undangan,  buat nyokap lo...” ujar laki-laki sambil memberikan undangan kepada Agni .

“Ya udah lo pulang sana, nyokap gue lagi gada dirumah...” ujar Agni.

“oke gue pulang... ternyata dunia itu benar-benar sempit ya haha...” ujar Cakka kemudian masuk kedalam mobilnya dan berlaru dari kediaman Agni.

******
Pagi itu Rio sengaja datang pagi-pagi sekali hanya untuk menunggu kedatangan Ify, disebuah bangku panjang di bawah pohon akasia yang berhadapan langsung dengan kelas XII IPA 1 . sesekali pandangannya mencari-cari sosok Ify.

“hei... Yo lo ngapain?  Ada yang lo unggu...?” tanya seorang gadis.

Rio mendongak terkejur. Ia tak pernah merasakan ada orang yang mendekat. Namun tiba-tiba kini telah ada orang didepannya.

“Oh, lo De...”

“Ya. Lo kenapa ? gue perhatiin dari tadi lo gelisah mulu. Trus liat jam. Lagi nungguin siap? Tanya Dea mengulang.

Rio mendesah lirih. Tapi kemudian tersenyum. Tak mungkin ia katakan yang sejujurnya. Selama ini Rio tau kalau Dea mencintainya. Ini kenyataan. Karna beberapa hari yang lalu Dea pernah mengungkapkan semuanya saat ia dan Ify masih berpacaran.

“Gue nungguin lo De..” ujar Rio sambil berusaha tersenyum.

“Gue?? “ tanya Dea tak percaya

Sekarang wajah Dea sudah bersemu merah. Ada pancaran kebagiaan terselip pada tatapannya yang luruh jatuh. Cewek itu menunduk.

“ngaoain nungguin gue??? Tanya Dea yang tak mampu memandang wajah Rio.

“gue ada perlu ma lo..” ujar Rio

“ya.. lo ada perlu apaan?” Tanya Dea.

Rio hanya tersenyum, melihat tingkah Dea. Ia sempat melihat sosok gadis yang sedari tadi ditunggunya. Ify , ia sedang berjalan menuju kelas. Bersama dengan Sivia. Ify sempat melihat Rio. Namun Rio tidak bisa berkutik lagi. Disamping Rio sekarang ada Dea. Dan ia tak bisa meninggalkan Dea begitu saja (sungguh Rio plin-plan).

“Fy ada Rio!!” desis Sivia yang pertama kali melihat Rio sambil menyenggol bahu Ify.

“Mana...?” tanya Ify mencari-cari keberadaan Rio.

“ketemu gak?? Tanya Sivia lagi. Sementara Ify masih sibuk melemparkan pandangannya ke segala arah. Tapi belum juga melihat Rio.

“mana?”

“Makanya liat dulu telujuk gue, baru liat ada gak. Timbang lo celingak-celinguk gak jelas gitu.” Cibir Sivia.

“noh dibawah pohon akasia...”

Ify hampir saja terpekik. Tapi ia segera mampu mengendalikan dirinya sebaik mungkin. Ia tak ingin malu dihadapan orang banyak. Dengan berteriak histeris melihat Rio yang statusnya sudah bukan pacarnya sekarang bersama Dea.

“Itu beneran Rio, kan Fy?”

“Iya kenapa?”   tanya Ify tak tau maksud Sivia bertanya seperti itu padanya.

“gue fikir.. gue salah liat...” desis Sivia sambil tersenyum.

Ify tersedak, sialan. Ternyata Sivia hanya menggodanya. Tanpa sadar Ify mempercepat langkahnya menuju kelas. Ia tak ingin berlama-lama memandang keasyikan mereka dibawah pohon akasia itu. Sungguh! Kalau Ify boleh jujur, ia cemburu kalau ternyata Rio dan Dea pacaran. Tapi nampak sekali kemesraan Dea. Ya, tatapan gadis itu begitu lembut pada Rio. Tapi toh sekarang Rio dan Ify sudah memilih jalan masing-masing. Jalan terbaik mungkin, walau takkan pernah jadi yang terbaik bagi hati mereka.

Akhirnya Sivia pun setia mengikuti langkah cepet Ify. Sivia tau betul kalau temannya itu sedang cemburu melihat keakraban itu. Namun ia hanya bisa tersenyum dalam hatinya. Sedikit rasa kasihan juga melihat nasib temannya yang itu.

“hei liat apaan sih, Yo?? Tanya Dea yang membuat Rio tergagap.

“ah, gak kok. Masuk aja yuk De?” ajak Rio tersenyum lirih.

Rio memang sifat laki-laki yang begitu pandai menyembunyikan perasaannya sendiri. Sampai-sampai Dea yang berada disebelahnya tak tau perubahan yang terjadi pada Rio.

*****

Semenjak kedekatan mereka di mall kemarin kini Alvin dan Shilla semakin dekat. Bak sepasang insan yang sedang jatuh cinta. Shilla bahagia, bagaimana tidak . sosok yang selama ini menjadi idamannya, kini hampir ia miliki hatinya. Berharapkah Shilla ia bisa memiliki Alvin? Biarkan waktu yang menjawab.

“Shilll.. mendingan lo jangan lama-lama duduk dikursi itu deh, mendingan didekat gue aja.” Ujar Alvin memulai gombalnya.

“lah mang kenapa Vin?”

“Gue takutnya lo dikerubungin semut... soalnya lo manis sih...” ujar Alvin yang sukses membuat pipi Shilla bersemu merah.

“ih lo Vin... gue kan malu.” Ujar Shilla sambil menunduk.

“gak usah malu kali Shill... gue ngomongnya serius.. 2 rius malah.” Ujar Alvin sambil tersenyum.

****

Siang itu Sivia dan Gabriel janjian ketemuan disalah satu kafe yang tak jauh dari SHS. Sudah hampir setengah jam Gabriel menunggu kedatangan Sivia namun Sivia belum juga memunculkan dirinya dihadapan gabriel.

“sorry Yel.. tadi ada tugas kelompok, mesti di kumpulin jam 3.” Ujar Sivia yang sepertinya benar-benar kelelahan.

“Gak apa-apa kok Vi... lo capek?? Nih minum..” ujar Gabriel sambil menyodorkan minuman kearah Sivia.

“Thank’s Yel.. lo emang tau apa yang lagi gue butuhin.” Ujar Sivia sambil meneguk minuman itu.

“Vi... gue mau ngomong sesuatu ma lo...” ujar Gabriel mantap.

“Ngomong aja kali Yel...” ujar Sivia sambil tersenyum.

“Gue, suka bahkan cinta sama lo.. Vi...” ujar Gabriel tegas.

“Gue...???”

“Iya lo.... sungguh gue mencintai lo.” Ulang Gabriel.

“kenapa lo bisa cinta sama gue, Yel? Tanya Sivia sambil tersenyum tipis

Gabriel terdiam. Mengapa? Ya mengapa ia mencintai Sivia? Gabriel bingung sepertinya ia tak menemukan jawaban yang cocok.

“gue mencintai lo dari hati, hati yang paling dalam. Gue gak tau kapan rasa itu bermula. Tapi yang pasti sekarang gue gak bisa hapus rasa itu dari hati gue.” Ujar Gabriel. 

“salahkah kalo gue cinta sama lo, Vi?” ulang Gabriel.

“Gak Yel! Itu hak lo buat mencintai gue. Seperti halnya gue mempunya hak buat jawab pertanyaan lo barusan kan?” ujar cewek cantik itu kini tersenyum semanis mungkin.

“Ya, Vi... jadi apa jawaban lo?” tanya Gabriel berharap.

“Apa ,lo gak mau gue mikirin semuanya dulu?” tanya Sivia menahan tawa.

“Menurut gue Vi, jawaban lo pasti akan tetap sama. Mau lo jawab sekarang atau lusa gak ada bedanya. Mungkin lebih baik lo beri gue jawaban secepatnya.” Desah gabriel getir.

“Lo siap?”

“Ya.. gue siap apa pun keputusan lo..” ujar Gabriel

“Ah” desah Sivia.

“Gue juga suka kok sama lo yel...” ujar Sivia sambil tersenyum ke arah lelaki yang baru beberapa detik yang lalu menjadi kekasihnya itu.

“Thank’s Vi... gue sayang sama lo...” ujar Gabriel sambil memeluk Sivia.

*******
Bel istirahat berbunyi. Perut Agni begitu keroncongan dengan langkah cepat ia kemudian menuju kantin sekolah. Tak sampai 10 menit Agni telah menghabiskan 1 mangkok bakso super jumbonya. Saat sedang berjalan kembali menuju kelasnya banyak sekali yang mengucapkan selamat kepada Agni. Sementara Agni begitu heran melihat sikap teman-temannya itu.

“aneh.” Gumam Agni.

Saat memasuki kelasnya Agni diserbu dengan pertanyaan-pertanyaan Shilla.

“Agni.. lo pacaran sama Cakka, gak bilang-bilang gue.. pokoknya gue minta PJ.”

“eh sembarangan lo, siapa juga yang pacaran sama tu orang. dapat gosip dari  mana lo?” tanya Agni tak terima.

“what... jadi lo gak pacaran sama Cakka? Trus yang dimading apaan?” ujar shilla shock.

“Mang di mading ada apaan??” tanya Agni penasaran.

“udah mending lo ikut gue, ayo...” ujar Shilla kemudian menarik paksa tangan Agni.

Sejak awal bertemu dengan Cakka, Agni sudah curiga akan menjadi target permainan Cakka. Tapi semua begitu saja ia tepis. Cakka benar-benar gila, sinting. Agni kemudian berjalan menuju ke arah Cakka yang sedang duduk di salah satu kursi. Kemudian dengan emosi yang luar biasa Agni menginjak kaki Cakka.

“Awwww!!! Teriak Cakka sambil menatap Agni tajam. Spontan semua orang uang berada di kantin saat itu menoleh ke arah Agni dan Cakka.

“lo kenapa Ka?” tanya Alvin yang berada disebelah Cakka.

“Ini...nih kaki gue ketiban meja”. Ujar Cakka kemudian mencekal lengan Agni agar tidak mengulangi perbuatannya.

Rasain lo dasar cowok rese. Enak banget lo promosiin gue jadi pacar kesiangan lo . ujar Agni dalam hati.

Agni masih belum puas menumpahkan amarahnya.

“Permisi sebentar....” Agni menarik tangan Cakka untuk meninggalkan teman-temannya.

“Nih rasain cowok rese , sinting, nyebelin.” Ujar Agni kembali menginjak kaki Cakka  sampai 3 kali berturut-turut.

“apa yang lo tulis dimading.. gue sama lo pacaran?? Enggak salah tuh. Hanya cowok sinting yang nulis hal gak penting seperti itu. Lo itu ya... gak bosan-bosan gangguion gue. Apa lo lakuin semuanya supaya orang-orang anggap lo hebat karna dengan mudah dapetin semua cewek. APA YANG LO DAPAT DARI ITU SEMUA HAH?!”  ujar Agni kini benar-benar marah dengan mata tak berkedip sedikitpun memandang wajah Cakka.

“Lo marah....? lo gak suka??” ujar Cakka setenang mungkin menghadapi kemarahan Agni.  Ia meringis kesakitan karna injakan Agni yang begitu kuat.

“lo kira dengan  lo nulis hal gak penting gitu, gue bakalan kegirangan trus jingkrak-jingkrak?? Jangan harap ya oke lo punya segalanya. Lo bisa gonta-ganti cewek mana pun tapi GUE enggak termasuk cewek-cewek itu”. Ujar Agni kemudian berlalu meninggalkan Cakka.

Agni sudah tak perduli lagi dengan suara Cakka. Agni sekarang begitu amat puas setelah menginjak kaki Cakka dan mempermalukan Cakka. Langkah Agni terpaksa terhenti karna tangannya dicekal oleh Cakka.

“Apaan sih. Lo mau apa lagi?? Masih kurang injakan kaki gue. Lo mau minta tambah lagi, Boleh.” Ejek Agni menantang Cakka.

“ada yang mau gue omongin sama lo.”  Beneran lo gak mau jadi pacar gue?”

Agni kaget, sangat kaget dengan kata-kata itu. Kedengaran sangat asing ditelinga Agni.

“Apa ? lo bilang apa barusan?? Gue gak denger sapa yang lo ucapin.” Ujar Agni enteng.

Cakka tak butuh hitungan menit untuk mengulangi ucapannya. Karena merasa dirinya perfect, itulah yang membuatnya pede berbicara dihadapan seorang gadis.

“gue mau, lo jadi pacar gue.”

Agni diam memikirkan sesuatu. Apa sebaiknya yang harus ia perbuat untuk menghadapi cowok sinting seperti Cakka ini. Agni sempat memikirkan dan mencari alasan-alasan Cakka sehingga begitu tololnya meminya Agni jadi pacarnya. Cukup lama.
Sedetik....
Semenit....
Beberapa menit....
Dan
Agni tidak mendapatkan satu alasan pun dari dirinya. Jangan-jangan cakka mulai mau mainin gue lagi. Pikir Agni.

“Apa...? pacar?? Gak salah ngomong lo? Lo sadar gak sih sama yang lo ucapin? “ belum Agni melanjutkan omongannya Cakka sudah memotong.

“Ni... gak apa-apa kalo lo emang gak mau jadi pacar gue. Masih banyak cewek lain yang mau sama gue dan nungguin gue. Gue harap akhirnya lo gak nyalahin gue.” Ujar Cakka kemudian meninggalkan Agni.

Agni membalikkan tubuh ingi melihat ada apa dibalik wajah Cakka.  Kenapa Cakka malah promosi lagi tentang gadis-gadis yang mengantri untuk mendapatkan cintanya. Agni hanya tersenyum tipis mengejek, lalu benar-benar pergi dari hadapan Cakka.


tinggalin jejak ya L & C 

follow @Ulan_lan14

1 komentar:

  1. ayoo lanjutlagi lanjut...




    numpang nitipin link gue yaa..kalau mau berkunjung juga boleh..
    obat kista tradisional.
    obat pelangsing herbal.
    thanks before sis..

    BalasHapus